Minggu, 06 Juni 2010

PSK (Pekerja Sex Komersial)

Banyak jenis profesi yang disandang oleh manusia di muka bumi ini, antara lain guru, pedagang, petani, pengacara, polisi, wartawan. Semua profesi yang disebut itu adalah profesi mulia atau minimal dapat dikatakan sebagai profesi yang umum digeluti orang.

Kalau yang negatif, misalnya perampok, pengguna narkoba, peminum arak tidak dapat disebut sebagai profesi. Misalnya, kalimat yang berbunyi, orang itu memiliki profesi sebagai perampok, atau kalimat, sudah lama dia menekuni profesi sebagai pengguna narkoba. Janggal kedengaran, tidak umum dan memang perampok, pengguna narkoba, pemabuk tidak diakui oleh masyarakat sebagai profesi yang sah.

Bahasa itu kan tergantung penerimaaan masyarakat. Kalau sesuatu bahasa diterima umum oleh masyarakat, sekalipun itu dari mana asalnya, maka bahasa itu menjadi sesuatu yang sah dipergunakan atau dengan kata lain , dianggap sebagai bahasa Indonesia.

Satu satunya pekerjaan yang hina, banyak dicela masyarakat, sering di razia polisi, dikejar Satpol PP, tapi dianggap sebagai profesi, adalah pelacur. Mengapa dan apa alasannya sehingga pelacur sudah dianggap sebagai profesi ? Buktinya, hanya pelacur yang dianggap pekerjaan hina, dilarang agama, tapi disebut sebagai pekerja. Bukankah pelacur disebut Pekerja Seks Komersial (PSK). Kan tidak pernah ada Pekerja Narkoba Indoensia , Pekerja Korupsi Komersial, Pekerja Mimuman Keras.

Hanya pelacur yang mendapat pelayanan dari Dinas Sosial. Di lokaliser,dibina, dibantu dan diberi pelayanan kesehatan. Dan hanya PSK yang mendapat perhatian LSM. Ada pendampingan, pembinaan, pembelaan. Dan di Tolitoli, seorang aktifis perempuan Endang Latori menjadi pendamping PSK di belakang pertamina. Banyak kisah suka dan duka yang dialami Endang dalam pendampingan PSK yang diceritakan kepada saya.

“Tidak ada seorang ibu yang melahirkan anak kemudian mengharapkan anaknya agar jadi PSK. PSK itu fenomena sosial yang banyak kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat, sehingga penyelesaian dan penanggulangannya harus secara menyeluruh, arif dan bijaksana. Mereka dihina, dicemooh, tapi nyatanya ada yang membutuhkan mereka. Yang di razia, ditangkapi,dimasukkan di panti rehabilitasi hanya perempaunnya saja. Laki-laki juga harus dibina dong. ” Demikian kata Endang yang sudah kurang lebih tiga tahun mendamping PSK .

Masih menurut Endang, PSK itu merindukan kehidupan normal seperti orang pada umumnya. Ada suami, ada anak-anak, ada keluarga. Pokoknya tidak ada bedanya dengan orang lain.

Pernah ada lelaki yang mengambil isteri PSK. Mereka membina rumah tangga sudah sekitar dua tahun. Cerai, kemudian kembali menjadi PSK lagi. Pasalnya, kalau ke pasar agak terlambat pulang, dikatai oleh suaminya dasar pelacur. Atau kalau ada pertengkaran antara suami isteri yang pertengkaran seperti itu dapat terjadi dalam rumah tangga siapa saja, maka sang suami mengungkit-ungkit soal masa lalunya yang kelam

Komentar saya kepada taman saya pendamping PSK itu, kalau mendengar cerita dari PSK jangan serta merta kamu telan mentah-mentah, sebab mereka itu dikenal banyak membumbui ceritanya dengan yang sedih-sedih sehingga mengundang belas kasihan orang.

Misalnya, PSK itu cerita mengenai sebab musabab terjun menjadi PSK. Pasti dia bumbui ceritanya. Dikatakan pula bahwa gara-gara suami ndak bertanggung jawab, penjudi, pemabuk. Atau gara-gara patah hati dengan cowoknya. Ibarat tebu, habis manis sepah dibuang. Itu kan ceritanya. Bukan tidak mungkin justru sebaliknya, dia yang ndak bertanggung jawab, ndak becus sehingga ditinggal pergi suaminya.

Ada juga yang menceritakan mengenai tanggungan ekonomi yang menghimpit, harus membiayai anak-anaknya sekolah. Pokoknya, macam-macam deh. Semua itu intinya hendak melakukan pembenaran atas pilihan hidupnya, disamping berusaha menarik simpati dan belas kasihan orang. Ya… sebagai strategi taktik agar laris manis sesuai dengan profesinya. Ndak mungkin pula hendak menceritakan, oh suami saya dulu begitu baik, begitu bertanggung jawab - tapi, saya saja yang ndak karuan dan ndak benar sehingga ujung-ujungnya nasib saya jadi begini. Ia kan? Begitu saya berkata panjang lebar kepada Endang, dan dia mendengar dengan sedikit wajah merengut

Pokoknya, pelacur mengundang cercaan, hinaan, cemoohan masyarakat sekaligus pujaan, simpati dan pembelaan masyarakat. Sebahagian orang sangat membenci, tapi sebahagaian orang membutuhkannya.

Tidak ada komentar: