Rabu, 09 Juni 2010

Israel Masih Halangi Bantuan Gaza

YERUSALEM (SI) – Militer Israel masih menghalangi barang kebutuhan seperti cuka,ketumbar, dan mainan memasuki Jalur Gaza.Saat ini Israel hanya mengizinkan 97 jenis barang masuk Gaza,dibandingkan lebih dari 4.000 jenis barang sebelum blokade Juni 2007.

Laporan tersebut diungkapkan kelompok hak asasi manusia (HAM) asal Israel, Gisha Legal Centre for Freedom of Movement (GLCFM) kemarin. Laporan itu dirilis untuk memperingati tiga tahun blokade Israel di Jalur Gaza yang kian menyengsarakan rakyat Palestina. “Satu supermarket di Israel, sebagai perbandingan,menyediakan 10.000 hingga 15.000 jenis barang yang beraneka ragam,”papar laporan Gisha. Blokade diberlakukan Israel sejak Juni 2006 dan membuat 1,5 juta penduduk Gaza mengalami krisis kemanusiaan.

Di wilayah yang dikuasai pejuang Hamas itu, warga sipil mengalami kekurangan pangan, obat-obatan, bahan bangunan, dan kebutuhan lain. Menurut Gisha, Israel menghalangi barang-barang yang tidak memiliki tujuan militer, termasuk jahe, kertas, dan peralatan musik. “Israel melarang pengiriman margarin dalam kotak-kotak besar untuk kebutuhan industri ke Gaza. Israel hanya mengizinkan margarin dalam bungkus kecil untuk konsumsi rumah tangga,” ungkap Gisha.

“Israel melarang pengiriman karet, lem, dan nilon yang digunakan dalam produksi popok bayi di Gaza.Mereka hanya mengizinkan pengiriman popok bayi yang diproduksi di Israel.” Saat ini hanya 2.300 truk barang yang diizinkan masuk Gaza tiap bulan. Padahal sebelum blokade Gaza, ada 10.400 truk barang yang diizinkan. “Bandingkan dengan 30.000 truk yang masuk Manhattan, Amerika Serikat, per hari.

Padahal,jumlah penduduk di Manhattan dan Gaza hampir sama,” papar laporan Gisha. Sedangkan untuk aktivitas ekspor, Gisha menjelaskan, hanya 259 truk yang boleh meninggalkan Gaza sejak Juni 2007, dibandingkan dengan 70 truk per hari sebelum blokade Israel. Sebagai perbandingan, perusahaan makanan Israel, Tnuva, mengirimkan 400 truk per hari dari pabriknya untuk diekspor ke negara lain.

Sebagian besar barang-barang konsumsi di Gaza dikirimkan melalui jaringan terowongan bawah tanah yang terbentang melintasi perbatasan Mesir-Gaza. Jaringan terowongan itu dikontrol Hamas. Tapi, barang kebutuhan yang melintasi terowongan rahasia itu jumlah masih sangat terbatas, dibandingkan total kebutuhan warga Gaza. Blokade Israel juga menghalangi proses rekonstruksi pascaserangan brutal tentara Zionis selama 22 hari di Gaza yang berakhir pada Januari 2009.Agresi Israel itu menghancurkan ribuan rumah di Jalur Gaza.

Hingga kini pemandangan puing-puing di Gaza masih serupa dengan sehari setelah serangan Israel dilancarkan tahun lalu. Hampir 80% kebutuhan rakyat Gaza berasal dari bantuan asing. Malangnya Israel tetap memblokade semua bantuan yang dikirimkan dari luar negeri,termasuk insiden terbaru saat Israel membunuh sembilan aktivis kemanusiaan yang hendak membawa bantuan dengan kapal Mavi Marmara.

Kemarin Israel berencana melakukan penyelidikan internal atas penembakan tentara terhadap para aktivis kemanusiaan. Israel menolak keterlibatan internasional dalam penyelidikan serangan brutal oleh tentaranya tersebut. Media massa Israel mengkritik langkah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu yang membatasi mandat penyelidikan hanya sebatas pada pertanyaanpertanyaan hukum teoritis. Menurut media Israel, penyelidikan internal itu tidak lebih hanyalah “komite penerangan” dan “komite investigasi tanpa investigator”.

“Komite ini tidak mendukung investigasi apakah kebijakan blokade secara keseluruhan ini efektif atau hanya upaya pembenaran.Inikah cara pemerintah untuk memastikan kegagalan investigasi terhadap insiden armada bantuan kemanusiaan,” papar surat kabar terlaris di Israel,Yediot Aharonot. Dari pihak lain,Presiden Palestina Mahmud Abbas akan meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama untuk mengambil “keputusan berani” di Timur Tengah.

Obama akan bertemu Abbas di Gedung Putih pada Rabu (9/6) untuk membahas kasus penyerangan tentara Israel terhadap kapal bantuan kemanusiaan. “Presiden Obama siap menerima Presiden Abbas untuk meninjau kemajuan dalam perundingan dan diskusi tentang upaya bersama mencapai perdamaian Timur Tengah,” papar Tommy Vietor, juru bicara Gedung Putih.

Sementara kemarin, Mesir mengizinkan sembilan anggota parlemen dari partai oposisi masuk ke Gaza, sehari setelah mereka kembali dari Gaza. Tapi anggota parlemen itu tidak boleh membawa kargo berisi bahan bangunan yang hendak diberikan pada warga Palestina di Gaza.

Dari sembilan orang, tujuh orang merupakan anggota kelompok oposisi terbesar di Mesir,Muslim Brotherhood (IM). Dua orang lainnya merupakan anggota sayap kiri Partai Nasserite. Selama ini anggota oposisi terus mendesak pemerintah Mesir membuka perbatasan Gaza

Tidak ada komentar: