Rabu, 09 Juni 2010

Harta Karun Itu Bernama Keris

PATUNG kepala Patih Gajahmada gagah tertempel di dinding Galeri Nasional. Di bawahnya, ratusan keris tergeletak rapi dengan ragam bentuk dalam pameran Keris For The World 2010 yang digelar di Galeri Nasional 3–8 Juni.

Di antara ratusan keris yang dipamerkan, terdapat keris bernama Kanjeng Kyai Yudhoyono,Kyai Kanjeng Budiono dan Kyai Kanjeng Obama Panandito. Keris ini koleksi seorang budayawan, pelukis sekaligus kolektor keris H Hardi. Lalu ada juga Keris Luk 9 milik Soegeng Prasetyo.Bentuk keris ini berlekuk sembilan sehingga dinamakan luk 9,dapur panimbal,dengan pamor yang bergelar Pedaringan kebak.

Keris ini buatan jaman Mataram Ki Supe Anom. Dengan warangka ladrang cendana wangi, jejeran Yudaningratan,selutberlian dan pendok blewahanperak. Istilah dalam Keris memang beragam. Warangka, dalam keris berarti sarung atau tempat bagian terluar dari keris. Secara garis, warangka pun terbagi menjadi dua dilihat dari bentuknya,yakni jenis warangka ladrang yang terdiri dari bagian-bagian: angkup, lata, janggut, gandek, godong (berbentuk seperti daun), gandar, ri serta cangkring.

Dan jenis lainnya adalah jenis warangka gayaman(gandon) yang bagian-bagiannya hampir sama dengan warangka ladrang tetapi tidak terdapat angkup,godong,dan gandek. Pamor sendiri berarti hiasan,atau bentuk yang terdapat pada badan keris,yang timbul karena teknik penempaan keris oleh Mpu pembuatnya. Pamor dalam setiap keris tidak pernah sama. Itulah yang menyebabkan kenapa keris memiliki nilai seni yang tinggi.

Karena dari ribuan keris, hampir semuanya memiliki bentuk dan gelar yang berbeda. Sedangkan dapur atau wilahan adalah bagian utama dari keris. Sama seperti pamor, bentuk dapur juga sangat beragam yang umumnya menjadi daya tarik utama dari keris-keris ini. Keris, bagi bangsa Indonesia adalah sebuah warisan budaya yang tak ternilai.Dia lahbenda yang berubah menjadi sebuah “harta karun” tak ternilai, karena nilai historis dan kekayaan seninya yang bernilai tinggi.

Jauh sebelum UNESCO memberi pengakuan kepada keris sebagai warisan budaya dunia bersama batik dan wayang,Keris telah menjadi kebanggaan bangsa ini sejak abad ke-9.Dari zaman kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Mataram hingga kesultanan Yogyakarta, dan Solo,Keris telah menjadi sebuah benda yang mampu membuat pemiliknya berwibawa.

Kini,keris memang berubah fungsi sebagai sebuah hiasan, tak lagi ada embel-embel spiritual dan pengkultusan layaknya benda keramat yang disematkan kepadanya.Meski demikian, bagi penggemarnya, Keris tetap menjadi sebuah kebanggaan dan merbawani untuk di koleksi dan disimpan dalam rumah. Berdasarkan tahun pembuatannya, keris memang mengalami pergeseran periodisasi. saat ini keris digolongkan menjadi dua, yakni Keris Sepuh dan Kamardikan.

Keris Sepuh, sesuai dengan namanya yang diambil dalam bahasa Jawa,berarti tua. Keris Sepuh ini,digolongkan pada tahun pembuatannya yang konon dibuat pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sedangkan keris Kamardikan,merupakan keris yang dibuat pada zaman sekarang. Dan di pameran yang dibuka oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik ini, percaya atau tidak, keris sepuh, banyak dipamerkan. Ini menjadi pertanda bahwa keris zaman kerajaan di Indonesia,masih banyak beredar.

Menjadi sebuah harta karun yang tak ternilai harganya. “Ini adalah sebuah harta karun yang tak ternilai,” ujar Inisiator pameran Kerisfor the world 2010,H Hardi. Pelukis dan budayawan ini mengatakan keris memiliki kekayaan seni yang sangat tinggi.Keris, untuk saat ini tak lagi sebagai sebuah senjata untuk melukai, melainkan sebuah seni.Keris sekarang hanya menjadi benda untuk dikoleksi dan hiasan yang dipakai dalam baju adat.

“Saya berani menjamin tidak ada keris dalam pameran ini yang pernah dipakai untuk melukai apalagi membunuh.Saya juga tidak lagi percaya ada sebuah sugesti yang dikeramatkan,”tandas Hardi. Ketua panitia Keris for the World,Toni Junus,mengatakan selama ini memang ada pergeseran periodisasi keris.Keris kamardikan umumnya dibuat oleh Mpu pembuat keris pada masa abad ke-19.

Pada jaman ini, keris kamardikan seolah berjalan menapak tilas teknologi Mpu masa lalu dengan social message yang menjanjikan suatu kemerdekaan. Keris-keris ini, mulai kembali menata tradisinya, dan membuat pemahaman kultural terhadap nilai keluhuran nya. “Keris kamardikan akan tampil berbobot luar dalam, dengan material yang unggul, dan penggarapan melalui teknik yang lebih maju,”ujar Toni.

Tidak ada komentar: